Rabu, 29 Juni 2011

TAPI SENYUM MASIH MENGUNTUM karya iswal syahri


TAPI SENYUM MASIH MENGUNTUM

oleh Iswal Syahri pada 29 Juni 2011 jam 20:53

musim merayap begitu cepat. seolah mementaskan drama dengan lakon tunggal, bahwa ialah pemeran utama dalam khazanah keduniaan. kerentaannya sama sekali tak berwujud. padahal, siapa makhluk yang sanggup melawan musim dari sisi usia? mungkin, musimlah yang paling tua usianya di muka bumi..

musimlah yang mengantarkan dunia dalam kecamuk perang yang berepisod, satu dan dua. atau, musim jugalah yang melayarkan ibu pertiwi ke samudera gelombang menuju pulau harapan..

usia ibu pertiwi tentu saja tak setua musim. tapi, atas nama musim yang renta itu, ibu pertiwi cukup layak untuk dipentaskan dalam sebuah drama yang layak pula..

di usia yang belum sampai seabad, telapak kaki ibu pertiwi melepuh lalu lumpuh tak bisa berjalan. dilepuh bara yang disepuh sendiri oleh anak anaknya..

ketika bangsa lain mulai meletakkan tapak tapak sejarah untuk membangun sebuah tamaddun baru, lalu ibu pertiwi masih disibukkan untuk membuat jejak jejak pertikaian bagi sesama anaknya..

ketika Bangsa Tiongkok telah melangkah ke arah tatanan kekuatan ekonomi dunia baru, lalu ibu pertiwi masih dipaksa untuk bersetubuh dengan persoalan persoalan nafsu, moral, dan etika..

setiap lintas detik yang begitu sakral harus dilalui ibu pertiwi bersama luka. karena hanya luka yang setia. kemudian membentuk jazirah luka, tempat ibu pertiwi berdiri di atasnya..

tak ada lagi surga di bawah telapak kaki ibu pertiwi..

karena beberapa tiang penyangga surga itu telah melapuk. kejaksaan, kepolisian, kehakiman, birokrasi, partai politik, sampai buih buih di mulut ini mengering untuk menyebutkan satu persatu tiang tiang penyangga yang melapuk itu..

sebegitu suramkah rupa ibu pertiwi? sehingga lapuk dengan leluasa melukis mendung di wajahnya? jawabannya hanya dua, iya atau tidak..

namun, ibu pertiwi masih bisa tersenyum. dan kita akan membayangkan, secantik apa rupanya saat tersenyum? senyumnya pasti menguntum..

ia membutuhkan kita untuk tersenyum..

setelah generasi saat ini adalah generasi kita. kesempatan kita..

kita akan melukis senyum di wajahnya..

ia membutuhkan semangat kita, MORAL kita..

setelah berletih letih bersama musim,

ibu pertiwi mungkin akan tersenyum..

ia menanti kita,

maka senyumnya akan menguntum,

senyumnya masih menguntum. .


sumber:http://www.facebook.com/notes/iswal-syahri/tapi-senyum-masih-menguntum/227398330615240?notif_t=note_tag

Kamis, 16 Juni 2011

tfb