Selasa, 04 Oktober 2011

hijau hitam (Riwsa Otnayiriw)


hijau hitam

yakin usaha sampai!
hari dimana fitnah bertebaran
yang akan selalu ingatkan
bahwa bangsa ini masih butuh sinergi mu kawanku

Hari dimana Fitnah merebak
menusuk bak "aroma"
Darah kanda kita yang bergelimpangan di jalan pada 1947

ada pula fitnah ...saat air mataku tertetes
mereka fitnah kita "tersusupi"
namun tak pernah mereka jelaskan rasionalisasi
tak ingatkah mereka siapa dan bagaimana
cara kakanda kita
dicincang untuk pembebasan negara ini


Lefran Pane ..oh
kini kau tenang disana
melihat kami ,dirasuki oleh dinda dinda mu
yang ingin hentikan detak detak berbisa

Hijau hitam akan bangkit

Singa singa yang mungkin aumannya tak segarang dahulu
akan mencoba kalah Kucing kucing kecil
dengan fitnahnya

Harimau harimau tua ini
akan cuba kami sentil telinganya
agar mereka paham

bagaimana perjuanganmu saat dahulu negeri ini dimerdekakan
dan agar paham

ya

bagaimana cara bersikap terhadap penguasa lalim
darah tercurah ..
tertumpah bagi setiap elit
yang tak ubahnya seperti Setan setan munafik
mengatas namakan Hal yang suci namun nafikan arti kebenaran

Hijau Hitam ..
hehe...
mereka bilang..
namun mereka diam..

mereka bilang
ah..
sudahlah.

singa singa di Afrika tak bunuh kelinci kelinci lemah
Hiu hiu di antartika tak kan bunuh remora remora keparat yang lunglai

karena ..semua mengakui
singa dan hiu itu ibaratkan sebuah perjuangan yang memikirkan
Islam dan Indonesia
tidak menyalah dalam berpetuah!
punya orientasi yang jelas dalam bercengkrama!

jangan kau tunggu si Oranye,si merah,si kuning,si biru, si hitam,si hijau bergerak!
bunuh semua antek antek clon Pragmatisma!
padam kan api mereka sebelum menjadi bibit bibit "setan" jalang!
apalagi mereka yang bela "berhala-berhala"
cincang cincang bila ia bersayap
hingga taring taring berwarna dwi menjelang
menuju masyarkat adil makmur yang
..yang

bergerak secara
independen,intelektual dan progresif!

yang diridhoi Allah Ajja Wa jallah..

Rabu, 29 Juni 2011

TAPI SENYUM MASIH MENGUNTUM karya iswal syahri


TAPI SENYUM MASIH MENGUNTUM

oleh Iswal Syahri pada 29 Juni 2011 jam 20:53

musim merayap begitu cepat. seolah mementaskan drama dengan lakon tunggal, bahwa ialah pemeran utama dalam khazanah keduniaan. kerentaannya sama sekali tak berwujud. padahal, siapa makhluk yang sanggup melawan musim dari sisi usia? mungkin, musimlah yang paling tua usianya di muka bumi..

musimlah yang mengantarkan dunia dalam kecamuk perang yang berepisod, satu dan dua. atau, musim jugalah yang melayarkan ibu pertiwi ke samudera gelombang menuju pulau harapan..

usia ibu pertiwi tentu saja tak setua musim. tapi, atas nama musim yang renta itu, ibu pertiwi cukup layak untuk dipentaskan dalam sebuah drama yang layak pula..

di usia yang belum sampai seabad, telapak kaki ibu pertiwi melepuh lalu lumpuh tak bisa berjalan. dilepuh bara yang disepuh sendiri oleh anak anaknya..

ketika bangsa lain mulai meletakkan tapak tapak sejarah untuk membangun sebuah tamaddun baru, lalu ibu pertiwi masih disibukkan untuk membuat jejak jejak pertikaian bagi sesama anaknya..

ketika Bangsa Tiongkok telah melangkah ke arah tatanan kekuatan ekonomi dunia baru, lalu ibu pertiwi masih dipaksa untuk bersetubuh dengan persoalan persoalan nafsu, moral, dan etika..

setiap lintas detik yang begitu sakral harus dilalui ibu pertiwi bersama luka. karena hanya luka yang setia. kemudian membentuk jazirah luka, tempat ibu pertiwi berdiri di atasnya..

tak ada lagi surga di bawah telapak kaki ibu pertiwi..

karena beberapa tiang penyangga surga itu telah melapuk. kejaksaan, kepolisian, kehakiman, birokrasi, partai politik, sampai buih buih di mulut ini mengering untuk menyebutkan satu persatu tiang tiang penyangga yang melapuk itu..

sebegitu suramkah rupa ibu pertiwi? sehingga lapuk dengan leluasa melukis mendung di wajahnya? jawabannya hanya dua, iya atau tidak..

namun, ibu pertiwi masih bisa tersenyum. dan kita akan membayangkan, secantik apa rupanya saat tersenyum? senyumnya pasti menguntum..

ia membutuhkan kita untuk tersenyum..

setelah generasi saat ini adalah generasi kita. kesempatan kita..

kita akan melukis senyum di wajahnya..

ia membutuhkan semangat kita, MORAL kita..

setelah berletih letih bersama musim,

ibu pertiwi mungkin akan tersenyum..

ia menanti kita,

maka senyumnya akan menguntum,

senyumnya masih menguntum. .


sumber:http://www.facebook.com/notes/iswal-syahri/tapi-senyum-masih-menguntum/227398330615240?notif_t=note_tag

Kamis, 16 Juni 2011

tfb